GuidePedia


Memberi salam dalam satu pertemuan akan menciptakan kesan pertama yang positif sekaligus membuka pembicaraan ke tahap selanjutnya. Dalam banyak budaya di dunia ini, bersalaman atau jabat tangan dianggap sebagai cara terbaik menunjukkan keramahan kita.

Para sejarawan sepakat bahwa budaya berjabat tangan bermula pada sekitar tahun 200 SM ketika para koboi di Inggris berjabat tangan satu sama lain, menandakan mereka bertangan kosong tidak membawa senjata saat mengadakan pertemuan. Awalnya, bersalaman dilakukan dengan tangan kiri karena para koboi sering menyembunyikan pistol mereka di dalam lengan baju sebelah kiri.

Seiring zaman bergulir dan orang tidak lagi membawa senjata ke mana-mana, berjabat tangan mulai dilakukan dengan tangan kanan. Secara teknis, bersalaman adalah menggenggam tangan orang lain dan saling menempelkan bagian tangan di antara jari jempol dan telunjuk, kemudian memberikan tekanan.

Yang menjadi masalah dalam berjabat tangan adalah tekanan yang baru saja disebutkan. Sebagian orang menekan tangan orang lain terlampau keras sehingga terkesan ingin meremukkan tulang. Sebagian yang lain melakukan jabat tangan tanpa tekanan sama sekali sehingga terkesan tidak bersemangat.

Well, memahami budaya adalah cara yang tepat agar kita dapat memberikan sebuah jabat tangan yang diterima secara positif oleh orang lain. Lydia Ramsey, pakar etika bisnis dan penulis buku Manners That Sell—Adding the Polish That Builds Profits, berbagi pengetahuan kepada kita agar dapat menyesuaikan diri dengan tata cara bersalaman dalam pergaulan internasional berikut ini.

  1. Di Jepang, cara memberikan salam adalah dengan bersalaman atau membungkukkan badan atau kombinasi dari keduanya.
  2. Di Perancis dan Italia, orang selalu bersalaman setiap kali bertemu. Mereka bersalaman dengan memberikan cukup tekanan pada tangan karena jabat tangan yang lemas dianggap sebagai “dingin” dan tidak bersahabat.
  3. Di Rusia, orang juga biasa bersalaman setiap kali bertemu orang yang dikenal. Mereka hanya tidak bersalaman saat mengenakan sarung tangan.
  4. Di Austria, adalah hal umum apabila wanita tetap duduk sementara pria berdiri saat keduanya bersalaman.
  5. Di Swiss, seorang pria sebaiknya menjabat tangan wanita terlebih dahulu dalam sebuah pertemuan. Ingat, utamakan wanita. Untuk kepentingan bisnis, kecuali kita sudah memastikan bahwa seorang pria adalah pemegang jabatan tertinggi di perusahaan, sah-sah saja menjabat tangan pria terlebih dahulu sebelum wanita.
  6. Di Amerika Utara, jabat tangan yang bertenaga dianggap sebagai lambang profesionalisme dan percaya diri.
  7. Di Amerika Selatan, jabat tangan hanyalah sesuatu yang dianggap umum di kalangan pria. Sesama wanita atau pria dan wanita biasanya saling memberi salam dengan cara cipika-cipiki.
  8. Di Australia, bersalaman dengan kuat menunjukkan percaya diri dan kepercayaan.
  9. Di Afrika Barat, jabat tangan yang bertenaga sangat dihargai. Seringkali sebelum melepaskan tangan, kedua orang yang berjabat tangan saling menjentikkan jari (finger snap).
  10. Di Afrika Selatan, bersalaman memakan waktu yang sedikit lebih lama dan tidak terlalu bertenaga.
  11. Di China, bersalaman dengan kuat dan menggoyang-goyangkan tangan merupakan hal yang normal.
  12. Di Arab Saudi, hanya pria yang saling bersalaman dan mereka sangat menghargai jabat tangan yang lemas (tidak ditekan), namun dalam waktu yang lebih lama daripada jabat tangan kebanyakan. Jabat tangan yang terlalu bertenaga akan dianggap kasar.
  13. Di Panama, bersalaman harus disertai juga dengan kontak mata.
  14. Di Kuwait, jabat tangan hanya berlaku untuk sesama pria yang baru pertama kali bertemu atau saling mengenal. Selanjutnya, mereka tidak perlu lagi bersalaman.



Pertanyaannya sekarang, “Bagaimana kalau orang lain menolak bersalaman?” Mudah saja, tidak mau bersalaman adalah masalah mereka, dan bukan kita. Mungkin mereka bukannya tidak ramah, tapi terkadang memang ada orang yang sangat takut terhadap kuman (bacteriophobia). Take it easy.

 
Top